Selasa, 13 Juni 2017

Matius 16: Pengetahuan akan Firman Menuntut Perubahan Total

Manusia [menjalani] hidup berdasarkan pemahaman dan pandangan hidupnya. Bagi orang percaya, pemahaman tersebut adalah menurut kebenaran Firman Tuhan. Begitu pentingnya pemahaman akan kebenaran atau pengetahuan akan kebenaran itu sehingga Yeshua memperingatkan para murid-Nya untuk berhati-hati terhadap sembarang ajaran, dalam pasal ini adalah ajaran orang Farisi dan orang Saduki. 

"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki." (ayat 6).

Yeshua menghendaki agar kita bahkan berjaga-jaga dan waspada terhadap sembarang ajaran. Ini menyiratkan pentingnya kita mengetahui ajaran yang benar, paham hidup yang benar. 

Tetapi bagaimana kita bisa memiliki pengetahuan yang benar atau pengetahuan akan kebenaran ini? Matius pasal 16 ini memperlihatkan kepada kita bagaimana kita bisa mendapatkan pengetahuan yang benar ini dan apa yang bisa menghalangi kita untuk dibukakan kepada kebenaran tersebut.

Yeshua menggambarkan paham atau ajaran itu seperti "ragi". Ragi itu meskipun sedikit bisa mengubah atau memengaruhi adonan yang banyak menjadi sesuatu yang berbeda. Demikian pula ajaran. Ajaran itu seperti ragi, ia bisa menyebar dan memengaruhi banyak orang. Karena sifatnya yang sangat gampang menular dan memengaruhi, maka Yeshua mengingatkan murid-murid-Nya untuk berhati-hati terhadap sembarang ragi atau sembarang ajaran.

Ragi atau ajaran seperti apa yang kita yakini sangat menentukan cara pandang dan sikap hidup kita. Terhadap pertanyaan Yeshua,  "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" (ayat13) ada beberapa jawaban. Ada yang bilang Yohanes Pembaptis, Elia, Yeremia, atau salah seorang dari para nabi. Tetapi Petrus mengatakan, "Engkau adalah Mesias, Anak Elohim yang hidup!" Hal ini memperlihatkan bahwa terhadap satu hal yang sama, bisa terdapat bermacam-macam pandangan. Dan pandangan yang benar, yang disampaikan Petrus, dikatakan Yeshua, hanya mungkin datang dari Bapa.

"Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga." (ayat 17) 

Yeshua mengatakan bahwa pengetahuan Petrus tersebut dinyatakan kepadanya oleh Bapa. Hanya Bapalah yang bisa memberikan kepada kita pemahaman yang benar atau kebenaran itu sendiri. Dunia tidak bisa mengetahui kebenaran ini karena mereka memandang segala sesuatu menurut ukuran manusia.


Menjadi jelas juga bahwa apa yang menghalangi seseorang untuk sampai kepada kebenaran adalah cara berpikir menurut manusia atau menurut dunia. Hal ini ditunjukkan dari kesalahpahaman awal para murid tentang ragi yang mereka kira ragi dalam arti harfiah karena mereka tidak membawa roti dalam perjalanan mereka. Orientasi duniawi mereka menghalangi mereka untuk bisa memahami apa yang dimaksud Yeshua mengenai ragi, yakni bukan ragi dalam arti harfiah melainkan pengajaran.

Yeshua dengan tegas mengatakan bahwa orientasi duniawi ini akan menghalangi kita untuk bisa mengerti kebenaran. Ketika Yeshua menyampaikan bahwa Ia akan menderita dan dibunuh, Petrus tidak bisa terima akan hal tersebut dan menegor Yeshua dan mengatakan bahwa hal itu sekali-kali tidak boleh menimpa Yeshua. Petrus menanggapi kebenaran yang disampaikan Yeshua dengan menggunakan cara pandang dunia, sekali lagi, meskipun sebelumnya ia telah dimampukan Bapa untuk melihat melalui kacamata Bapa. Bahkan sesudah Yeshua mengatakan bahwa ia adalah batu karang dan di atasnya Ia akan mendirikan jemaat-Nya (ayat 17-19). Yeshua dengan keras menghardik Petrus dan mengatakan,  "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Elohim, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (ayat 23)

Cara pandang dunia atau manusia menghalangi Petrus untuk bisa memahami kebenaran, meskipun sebelumnya ia telah dikaruniai kebenaran mengenai siapa Yeshua yang adalah ha'Mashiah, mesias. Sekalipun ia telah menerima nubuat bahwa ia akan menjadi batu karang tempat Yeshua akan mendirikan jemaat-Nya. Perhatikan betapa dahsyat perkataan Yeshua ini untuknya:

"Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Ayat 18-19)

Peristiwa ini justru menegaskan kebenaran kata-kata Yeshua di awal pasal ini agar kita "berjaga-jaga dan waspada". Sekalipun Bapa telah mengaruniakan kebenaran kepada kita, tidak ada jaminan bahwa kita akan berjalan menurut kebenaran tersebut. Kecenderungan badani kita, kebiasaan kita memandang segala sesuatu melalui cara pandang dunia sering menghalangi kita untuk berjalan dalam kebenaran tersebut. Sebab itu kita harus memperhatikan kata-kata Yeshua ini untuk terus berjaga-jaga dan waspada.

Kenapa kita harus waspada? Karena dorongan kedagingan kita--ketamakan kita--akan menuntut kita untuk "memperoleh seluruh dunia" (ayat 26), namun justru, kalau kita tidak waspada, hal itu akan membawa kita kehilangan nyawa kita. Sebaliknya, kebenaran akan memampukan kita untuk merelakan nyawa kita sebagai akibat kita ikut Yeshua ha'Mashiah (ayat 25) namun untuk menyelamatkannya. Kebenaran akan memampukan kita untuk menanggalkan kedagingan kita.

Jadi jelas, cara berjaga-jaga dan waspada ini adalah dengan terus-menerus menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Yeshua (ayat 24).

Kebenaran yang sudah dinyatakan kepada kita tidak boleh diaplikasikan secara duniawi. Kebenaran itu menuntut kita untuk berjalan menurut kebenaran itu. Kebenaran itu adalah Kristus, ha'Mashiah. Dan menerima kebenaran berarti secara total mengikut Yeshua, memikul salib, menyangkal diri dan bahkan rela kehilangan nyawa karena Kristus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar