Senin, 12 Juni 2017

Dibagi Tetapi Malah Semakin Banyak

DIBAGI TETAPI MAKIN BERTAMBAH 
(Matius 15)

"Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan." Dan hanya ada 7 potong roti dan sedikit ikan. Tempat itu jauh dari pasar atau warung untuk bisa membeli makanan. Dan orang-orang itu sudah kekelahan karena mengikuti Yesus selama 3 hari. Mereka akan pingsan di jalan kalau harus pulang berjalan kaki. Tapi sore itu mukjizat terjadi. Tujuh potong roti dan sedikit ikan itu cukup untuk mengenyangkan perut 4 ribu laki-laki, tidak terhitung yang perempuan dan anak-anak.
Kerumunan orang itu kemungkinan berjumlah sekitar sepuluh ribu orang. Tercatat 4 ribu laki-laki. Dengan istri mereka masing-masing dan anak-anak, ya, kurang lebih sepuluh ribu orang. Kerumunan orang yang haus mendengarkan Firman. Tiga hari penuh dengan Firman. Dan Yesus akan segera mengakhiri sesi khotbahnya sebelum berpindah ke agenda lain. Ia harus meminta mereka pulang. Namun, Ia tahu orang-orang itu secara fisik sudah kelelahan dan kelaparan. Yesus tidak mau dan tidak akan membiarkan orang-orang itu mengalami kesulitan dalam perjalanan pulang. Ia tahu mereka akan pingsan di jalan tanpa terlebih dahulu mendapatkan kekuatan dari asupan makanan jasmani. Sesuatu harus dilakukan.
Namun, yang ada hanya 7 potong roti dan sedikit ikan. Bagaimana mungkin itu mengenyangkan perut sepuluh ribu orang?
=======================
PELAJARAN PERTAMA: Kalau kita mendengarkan Firman Tuhan sebagai pilihan pertama asupan [rohani] kita, TUHAN tidak akan membiarkan asupan [jasmani] kita terabaikan. Tuhan jelas memilih untuk memelihara kita.
=======================
Sore itu akhirnya 10 ribu orang itu pulang dalam keadaan perut kenyang. Bagaimana hal itu bisa terjadi?
"sudah tiga hari mereka mengikuti aku"
Mukjizat itu terjadi pertama-tama karena adanya iman. Tiga hari meninggalkan segalanya demi mendengarkan Firman adalah sebuah langkah iman. Mereka bahkan tidak membawa bekal [yang cukup]. Terbukti sampai hari ketiga itu hanya tinggal tersisa 7 potong roti dan sedikit ikan untuk seluruh kerumunan orang itu. Entah apa yang mendorong orang-orang itu untuk nekad mengikuti Yesus selama 3 hari, tanpa perbekalan yang cukup. Jawaban yang mungkin hanya satu: mereka begitu haus akan Firman. Dan itu adalah sebuah tindakan iman. Melepaskan selaganya demi Firman.
"Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan"
Faktor kedua adalah belas kasih Tuhan [Yesus]. Belas kasih yang muncul atas keadaan duniawi yang riil dari orang-orang yang mengikuti-Nya. Ini juga memberi tahu kita bahwa Tuhan tidak hanya memedulikan kerohanian kita, tetapi juga kondisi jasmani kita. Tuhan peduli dengan tubuh kita, dengan kebutuhan-kebutuhan fisik kita. Kita yang adalah orang beriman yang haus akan Firman-Nya.
"Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur..."
Faktor ketiga yang memunginkan terjadinya mukjizat adalah sikap hati bersyukur. Tujuh potong roti dan beberapa ikan untuk 10 ribu orang [yang kelaparan] jelas tidak cukup. Bahkan bisa dikatakan tidak berarti sama sekali, atau tidak ada. Di satu pihak, Ini bicara tentang kekurangan, tentang kemiskinan. Di lain pihak, ini bicara tentang masalah, tentang situasi darurat. Darurat karena tanpa adanya makanan yang cukup semua orang itu akan pingsan di jalan.
Berhadapan dengan situasi krisis seperti ini kebanyakan orang akan gelisah, khawatir, bingung. Tetapi kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa dalam situasi kekurangan seperti apa pun, dalam situasi krisis, genting, seperti apapun, sikap yang harus bisa ambil adalah bersyukur, Yesus "mengambil" dan "mengucap syukur". "Mengambil" bicara tentang menerima berkat yang sudah ada, betapa pun sedikit. Bukan malah mengeluhkannya karena jumlahnya yang sedikit itu.
"memecah-mecahkannya dan memberikannya"
Faktor keempat adalah semangat berkorban 
dan 
Faktor kelima adalah semangat berbagi.
Meskipun yang ada hanya 7 roti dan sedikit ikan, yang sedikit itu dipecah-pecahkan (=dikorbankan) dan dibagikan kepada orang lain. Sebuah sikap [iman] yang luar biasa. Sekali lagi, kisah ini mengingatkan kita untuk mengambil langkah iman. Ketika dalam keadaan yang sangat terbatas, Tuhan kadang meminta kita untuk berkurban dan bahkan memberikan satu-satunya yang masih tersisa yang masih ada pada kita. 
Seperti Pengorbanan yang diminta dari janda Sarfat yang tinggal memiliki sedikit tepung untuk membuat sebuah roti bundar untuk dirinya dan anaknya dan sesudah itu mati [karena tidak ada yang lain lagi yang tersisa], namun Tuhan memintanya untuk memberikan satu roti bundar terlebih dahulu kepada hamba-Nya (Elia) dan baru sesudah itu sisanya untuk mereka berdua (Raja-Raja 17)
Seperti pengurbanan yang diminta dari Abraham atas anak satu-satunya yang sudah lama dinanti-nantikannya ... tetapi harus diserahkannya. 
Sebuah pengorbanan yang mensyaratkan ketaatan karena iman akan kuasa penyelenggaraan Tuhan. Sekali lagi, ini sebuah langkah iman yang mengakui kedaulatan Tuhan dan kuasa-Nya.
Kemudian roti itu dibagi-bagikannya. Terus menerus dibagikan. Dan dengannya mukjizat terjadilah. Sepuluh ribu orang itu semuanya makan dengan kenyang dan bahkan sampai tersisa 7 bakul. Ini mengatakan kepada kita bahwa memberi tidak akan membuat kita kekurangan. Bahkan memberi ketika kita dalam keadaan kekurangan, tidak akan membuat kita semakin kekurangan atau mati. Memberi justru menjadi cara untuk terjadinya pelipatgandaan.
Mukjizat terjadi ketika kita berani memberikan apa yang ada pada kita, apa yang sangat kita butuhkan, harta kita yang sangat sedikit dan sangat berarti bagi kita. Memberi dengan iman [penuh akan penyelenggaraan Tuhan], dalam ucapan syukur [meski dalam segala kekurangan dan keterbatasan] meski dalam himpitan masalah besar. Memberi sebagai bentuk pengorbanan karena percaya penuh akan belas kasih Tuhan.
Dalam keadaan berkekurangan, segeralah berbagi! [Bahkan jika tinggal itu yang tersisa!]
iman
syukur
berkurban
berbagi
mukjizat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar